ManggaraiTimur/MC- Dengan Luas wilayah 2.258 hektar dan tanah yang subur, desa Golo Tolang, kecamatan Kota Komba, menjadi kediaman sejumlah tanaman komoditi perdagangan, seperti kopi, cengkeh dan coklat.

Tak ada lahan yang dibiarkan terlantar. Lahan pekarangan rumah, juga dimanfaatkan warga, untuk memelihara tanaman perdagangan ini.

Bagi 522 kepala keluarga di desa Golo Tolang, kopi, cengkeh dan coklat adalah jalan, agar ekonomi bisa terus bergerak.

“Harga cengkeh ditangan petani biasanya sekitar Rp. 115.000 per kilonya. Kalau sekarang harganya turun menjadi Rp. 50.000 per kilonya," kata Tadeus Ngalas, Kepala Desa Golo Tolang.

Dimusim panen, warga mampu menghasilkan cengkeh mulai dari 300 kilogram hingga 1 ton. Harga yang terlampau rendah mengakibatkan warga enggan menjual hasil komoditinya.

Menanggulangi dampak ekonomi yang dialami petani, Pemerintah Desa Golo Tolang, mengalokasikan Rp. 559.500.000 bagi program penanganan Covid-19 dan BLT kepada 224 keluarga terdampak selama tiga bulan.

Selain BLT, sebagian masyarakat desa Golo Tolang juga mendapatkan bantuan dari skema bantuan sosial lainnya. Diantaranya adalah, Bantuan Sosial Tunai 17 KK, PKH 186 KK dan Bantuan Pangan Non Tunai 248 KK.

Hingga saat ini, pelaku perjalanan yang tiba dari sejumlah wilayah di Indonesia seperti Bali, Makasar dan Papua berjumlah 6 orang.

"Pelaku perjalanan telah menjalani karantina mandiri di rumah. Dan setiap tiga hari sekali, petugas kesehatan akan melakukan pemantauan kesehatan, "ujar Tadeus Ngalas.

Untuk menjaga daya konsumsi warga, kegiatan pembangunan infrastruktur air minum di dusun Ndalir dan Watu Ata, akan dilaksanakan dengan kegiatan padat karya .

Walaupun roda perekonomian melambat. Masyarakat desa Golo Tolang, tetap menjaga asa pada pucuk pucuk harum cengkeh, biji coklat dan buah kopi dimusim petik berikut.

(ManggaraiTimur/MC/Patrys Anggo/Hendrik G.Fandi)