ManggaraiTimur,MC- Sepanjang pekan yang lalu, Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, terus menyerukan ancaman gawai bagi kehidupan keluarga di kabupaten Manggarai Timur. Tercatat, pesan ini disampaikannya dalam tiga kesempatan yang berbeda. Pertama, dalam apel mingguan, kedua, pertemuan bersama volunteer PPSW (Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita) pada Senin (21/07/2025). Dan yang ketiga, disampaikannya kembali dalam rapat dan penandatanganan MOU bersama GNI (Gugah Nurani Indonesia ), Selasa (22/07/2025).

               Agas Andreas, menilai gawai telah menjadi ancaman nyata bagi banyak keluarga di kabupaten Manggarai Timur. “ Saat ini, banyak keluarga kita, yang kehilangan kehangatan dalam rumah. Setiap orang sibuk dengan Smartphone-masing masing, baik suami ataupun istri. Akibatnya anak tidak menjadi perhatian orang tua terutama dalam mendampingi dan mendidik anak. Dan pada akhirnya anak juga ikut terbawa arus kecanduan dengan Smartphone,” ujar Agas Andreas.

MENARI 1

 

Tentu bukan pemandangan yang asing, melihat balita hingga orang dewasa, sibuk menghabiskan waktu dengan gawai. Ditengah kurangnya pemahaman tentang literasi digital, keluarga menjadi sangat rentan kehilangan komunikasi personal yang intim dan terasing dari perjumpaan sosial. Kekhawatiran Agas Andreas ini, tentu menjadi alarm yang harus segera direspons, sehingga menjadi kesadaran dan gerakan sosial berbagai pihak.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Manggarai Timur, Bonefasius Sai, dalam kesempatan yang lain, menjelaskan perhatian Bupati Manggarai Timur ini, tentu menjadi perhatian Diskominfo untuk terus menyuarakan ancaman penggunaan gawai bagi keluarga terutama anak.

“ Keluarga menjadi pihak paling pertama dan utama, untuk mendampingi anak agar memanfaatkan gawai sesuai kebutuhan anak. Terutama memastikan anak, menggunakan gawai yang sesuai dengan usia dan kepentingannya, baik hiburan ataupun pendidikan. Harus lebih banyak waktu untuk kegiatan bersama dalam keluarga “, ujar Bonefasius Sai.

Tanpa literasi digital serta pendampingan keluarga, anak anak hingga orang dewasa sangat dengan mudah terpapar Internet-gaming disorder, cyberchondria, cybersex, cybersuicide, compulsive online-shopping dan cyberbullying, yang telah menjadi rangkaian penyakit baru, yang kemudian menjadi potensi beragam persoalan sosial yang dalam dan dalam skala yang lebih luas, serta kembali menguras energi dalam penanganannya.

Fenomena gawai yang menempel aktivitas hidup sehari hari ini, tanpa disadari telah menempatkan gawai sebagai bagian dari keberadaan individu sekaligus menjadi mitra yang paling dipercaya. Akibatnya sungguh dasyat, piranti ini telah mengambil alih keberadaan manusia yang otonom sekaligus tercerabut dari kehidupan sosialnya.

Rehat sejenak atau menggunakan gawai sesuai kebutuhan, tentu bukan perkara mudah, apalagi gawai terlampau banyak mengambil peran dalam hidup. Gawai, tidak lagi sekedar menjadi urusan teknis semata, tetapi telah menjadi sebuah keterlanjuran yang filosofis dan ideologis yang butuh penangann segera. Menghadirkan kembali spiritualitas religius dan budaya, diberbagai ruang tumbuh anak, tentu menjadi langkah awal yang benar untuk mengembalikan kehidupan yang utuh.

(ManggaraiTimur/MediaCenter/Patrys Anggo)