Kabut tipis turun berlahan lahan menyapu pandangan kami. Hawa dinginpun terasa menusuk tulang. Pemandangan indah selama perjalanan sungguh menakjubkan. Tidak terasa, empat puluh lima menit sudah, kami berjalan kaki meninggalkan kampung Nenas , desa Sanolokom, Kecamatan Rana Mese sebagai titik keberangkatan.  

 

Air terjun Cunca Rede menjadi tujuan petualangan kami hari ini. Dengan ketinggian kurang lebih 40 meter, air terjun ini menyimpan pesona yang luar biasa. Sepanjang dinding tebing, menjadi rumah bagi kediaman berbagai jenis tanaman rambat. Aliran airnyapun, tidak pernah berhenti mengalir deras sepanjang tahun.

Tidak itu saja. Pagi di Cunca Rede selalu menakjubkan. Udara lembab yang diterpa sinar lembut matahari pagi, menyajikan keajaiban alam dengan pemandangan pelangi. Petrus Jematu, salah seorang penduduk lokal menceritakan bahwa Cunca Rede selalu dikunjungi wisatawan domestik dan asing. ‘ Biasanya mereka mandi, bersantai dan berselfie disini. Apalagi hutannya masih terjaga dengan baik ‘ ujarnya.

Nama air terujun Cunca Rede tidak bisa dipisahkan dari sejarah suku ‘ Leleng ‘ yang mendiami pertama kali Bea Bujung. Sebuah lokasi yang seringkali digunakan wisatawan sebagai tempat untuk menikmati keindahan Cunca Rede.

Petrus Jematu bercerita, menurut masyarakat setempat, ratusan tahun yang lalu hiduplah seorang kakek dari suku Leleng bernama Jala mita yang mendiami di daerah Bea Bujung. Jala Mita lalu memberi nama air terjun ini dengan sebutan Cunca Rede.                          

Dalam bahasa Manggarai, Cunca berarti air terjun dan Rede adalah anak tangga. Dengan demikian, Cunca Rede bisa dimaknai sebagai air terjun yang beranak tangga.                     Seperti namanya, air terjun Cunca Rede mengalir deras dengan membentuk anak anak tangga, mengikuti karakteristik dinding tebing setinggi 40 meter.

Menikmati pesona Cunca Rede, tentu akan lebih lengkap ketika bisa menyaksikan pelangi di pagi hari. Dua jam perjalanan dari kota Borong, anda akan tiba di desa Sanolokom kecamatan Rana Mese. Aroma tanaman kopi milik masyarakat langsung menyambut. Dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 15 menit dari kampung Nenas hingga ke lokasi.

Menelusuri alam di pagi pagi buta akan menjadi pengalaman berpetualang yang berbeda dibandingkan tempat wisata lainnya. Udara pagi yang lembab dan kicauan berbagai jenis burung akan menunggu dan menjadi teman perjalanan. Lima belas menit adrenalin bergerak cepat, berlomba dengan waktu mengejar fajar pagi. Saatnya bagi anda bersama keluarga atau sahabat memilih waktu liburan yang tepat. Dan nikmati sensasi berburu pelangi pagi di Cunca Rede.( Peliput : Marsel Onggol )