SEMANGAT DARI PONDOK KEBUN KOPI RENDE NAO

                Dari dataran tinggi Manggarai raya, hujan November turun seperti biasanya. Sangat lebat. Tak ada kemungkinan lain, selain harus berteduh. Penyuluhan petani kopi, oleh Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) Jember, di desa Rende Nao, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur harus terhenti. Rombongan dan para petani kopi segera bergegas, melewati areal tanaman kopi arabika yang tingginya kurang lebih satu meter.

Beruntung, di ujung lahan kopi, sebuah pondok berukuran sedang milik ASNIKOM( Asosiasi Petani Kopi Manggarai ) mampu menampung rombongan kami siang itu. Kepulan asap dapur merayap berat menahan jatuhnya hujan, lalu menyatu dalam pelukan kabut.

            Hangatnya kopi pahit segera mengusir hawa dingin yang terlanjur menusuk tulang.Aroma khas, kopi dataran tinggi di wilayah Manggarai raya ini, ternyata mampu menyegarkan otak dan suasana hati yang terlanjur patah akibat hujan.

            Tradisi ganda (bercakap cakap) masyarakat Manggarai yang kuat, menjadi keuntungan tersendiri. Diskusi tentang membangun masa depan petani kopi Manggarai pun mengalir. Setiap tegukan kopi pahit, serasa menjadi jeda singkat untuk berkontemplasi serta bergegas menuangkan pandangan.

Cerita para petani kopi siang itu, menjadi laboratorium yang sangat luar biasa. Walapun banyak tantangan yang harus dihadapi, optimisme mereka ternyata tidak ikut tertinggal. Markus (56 tahun) yakin, kebun kopi miliknya akan menjadi ladang emas yang akan mensejahterahkan keluarganya. Pendampingan perawatan tanaman kopi oleh Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) Jember dan Pemda Manggarai Timur, secara berlahan mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.

“ Terus terang pak. Kalau dibandingkan dengan hasil kopi sebelum pendampingan, hasil kopi setelah pendampingan, boleh dibilang sangat luar biasa. Bahkan sekarang panennya bisa lebih cepat, karena kaum perempuan kami bisa ikut memanen. Ini karena tinggi pohonnya hanya satu meter “ ujar Markus, sambil tersenyum.

Mendengar informasi tentang produksi Film dokumenter tentang kopi, Yoseph Janu, sekretaris MPIG-Kopi Arabika Flores Manggarai, menyambut gembira. Menurutnya, langkah Dinas Kominfo Kabupaten Manggarai Timur, mampu menyatukan berbagai pihak. “ Ini pertanda baik. Film ini, bisa menjadi wadah dialog untuk mendorong peran serta seluruh stakeholder, untuk sama sama membangun kopi Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur “.

Sebagai kedai kopi yang paling populer di Manggarai Raya, kedai kopi Kopi Mane, telah menjadi referensi berbagai media televisi asing dan nasional, yang menggali kualitas kopi Manggarai. Menurut Korin Mangga, pengelola kedai Kopi Mane Ruteng, Kabupaten Manggarai Timur harus berani mempertegas positioning nya sebagai penghasil kopi Manggarai dengan cita rasa terbaik. “ Sebetulnya pasar kopi sudah punya informasi tentang kopi dari Manggarai Timur ini. Tinggal memperkuat strateginya, sehingga branding nya tetap di Manggarai Timur “, ujar Korin Mangga.

Sakti, tim pendamping dari Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) Jember, berbagi cerita menarik, tentang pentingnya branding. Ada daerah di daratan Jawa yang tidak menghasilkan kopi, justru jauh lebih identik dengan kopi dibandingkan dengan daerah yang menghasilkan kopi di daratan Jawa. Hal ini terjadi, akibat perbedaan perhatian dan strategi membangun industri kreatifnya. “ Jadi hilirnya harus ditangani serius juga. Sehingga memperkuat brand kopi Manggarai Timur. Dan secara ekonomi, berdampak langsung, bagi masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur “ kata Sakti.

Optimisme dalam percakapan hangat kami, ternyata menarik perhatian beberapa kaum perempuan. Usai menghidangkan makan siang, mereka lalu duduk. Menyaksikan dan mendengarkan percakapan makan siang kami, nampaknya berhasil membuat mereka merasa bahagia. Sesekali mereka tersenyum dan mengangguk kecil.

Banyak isu justru hadir ditengah makan siang kami. Peran lembaga adat dan pemerintah desa, pendidikan inklusif, BUMDES, koperasi, BUMD, Pemberdayaan petani, gereja, media masa, forum diskusi, KIM (Kelompok Informasi Masyarakat), kerjasama kawasan, kedai kopi, dan masih banyak lagi.

Para petani kopi, saling bergantian memberi komentar. Terus mengalir tanpa sekat juga babak. Pada titik inilah, kami tersadar akan satu hal penting. Kejeniusan dari pengalaman petani kopi, hanya bisa kita jumpai dalam ruang komunikasi yang egaliter dan saling belajar.

MEMBACA PELUANG DUA LANGKAH PENTING DIAWAL PERIODE KETIGA PEMBANGUNAN

Tahun 2019, akan diingat sebagai masa transisi menuju pembangunan periode ketiga di Kabupaten Manggarai Timur. Ibarat jahitan, dua pola yang berbeda harus menyatu sehingga menjadi sebuah pola baru yang sesuai dengan rancangan. Lalu bagaimana masa transisi ini disiapkan menuju jalan pembangunan ke tiga ?.   

Plt.Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, yang juga menjadi Bupati terpilih, dalam berbagai kesempatan, telah memberikan gambaran tentang dua langkah penting yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang.

Pertama, membangun infrastruktur jalan 10 Km, di masing masing kecamatan pada tahun 2019. Arah kebijakan ini disambut antusias oleh seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur. Skema ini tidak hanya memperhatikan azas berkeadilan semata, tetapi turut merangsang percepatan pertumbuhan daya saing ekonomi masyarakat.

Kedua, mendorong pola pembangunan yang partisipatif, dengan mendorong lahirnya gagasan inovatif dari ASN dan berbagai komponen di Kabupaten Manggarai Timur. Bagi Agas Andreas, kesejahteraan hanya bisa hadir melalui gagasan inovatif.

Dua agenda ini, lalu menjadi jembatan diskusi panjang kami. Kopi tidak hanya sekedar menjadi komoditi yang dijual dari kebun petani. Kopi harus menjadi bibit usaha ekonomi baru masyarakat.

Agro wisata berbasis perkebunan kopi, menjadi peluang yang akan dikembangkan oleh kelompok tani dengan konsep (Community based tourism). Kondisi infrastruktur yang baik, tentu akan membuka peluang destinasi wisata baru bagi wisatawan. Apalagi dalam dua tahun terakhir, para pengusaha dan penikmat kopi dari berbagai wilayah di Indonesia, banyak yang berkunjung ke wilayah Kabupaten Manggarai Timur.

Gagasan ini semakin nyata. Festival kopi ColoI dan Rende Nao di Kecamatan Poco Ranaka Timur, sepanjang tahun 2018 menjadi awal yang baik. Festival kopi yang berangkat dari inisiatif petani kopi dengan dukungan berbagain pihak ini, berhasil menghadirkan para pebisnis kopi nasional dan mancanegara, untuk menyaksikan budaya petani serta menikmati cita rasa kopi terbaik dunia ini. Festival kopi ini bisa dikembangkan menjadi event tahunan, yang bisa diintegrasikan dengan pengembangan sektor agro wisata.

Semangat ini sejalan dengan pendekatan kebijakan pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur, yang mengintegrasikan peran berbagai sektor pada isu isu strategis. Salah satunya adalah sektor pariwsata dengan mensosialisasikan pelaksanaan agenda peran lembaga adat, perbaikan kontiunitas produksi kopi, manajemen destinasi wisata, Pelatihan tour guide dan Service Excellence.

Langkah ini tentu akan ditindaklanjuti dengan beberapa pendekatan pada program aksi, seperti model Partisipatory Rural appraisal (PRA), Enterpreneurship Capacity Building (ECB) dan Teknologi Transfer (TT) dengan pendampingan secara berkala. Kekayaan karakteristik alam yang berbeda dan budaya Manggarai yang beragam di Kabupaten Manggarai Timur, tentu menjadi surga pariwisata baru.

DARI TANAH MANGGARAI TIMUR HINGGA JUARA DUNIA DI PARIS – PERANCIS

                Paris, 23 Oktober 2018. Lembaga AVPA ( Agency for the Volarization of the Agricultural Products ) menyerahkan penghargaan produk gourmet, kepada juara AVPA Goumet Product Paris 2018 yang diikuti kurang lebih 170 produsen kopi dari seluruh dunia.

Gold Gourmet, Silver Gourmet, Silver Gourmet, Bronze Gourmet dan Simple Gourmet, menjadi kategori, sekaligus tiket masuk menembus pasar kopi eropa. Kompetisi “ Coffe roasted in their country of origin “ sendiri menjadi agenda tahunan, yang diselenggarakan AVPA untuk membantu produk pertanian dari seluruh dunia untuk memasarkan produknya di eropa.

Kopiku Tanah Air Kita yang diproduksi susteran gembala Baik Ruteng, berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus, yaitu kategori Gold Gourmet, bersama Papaku Manggarai dan juga meraih penghargaan untuk kategori Bronze Gourmet. Keberhasilan dua produk kopi Manggarai ini, menjadi perhatian besar pasar kopi dunia untuk berburu cita rasa terbaik dunia ini.

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, bahkan memproyeksi keberhasilan ini akan meningkatkan produksi kopi tahun ini menjadi 630.000 - 650.000 ton. Dari jumlah ini, nilai ekspor diperkirakan mencapai 400.000 an ton dan pasar domestik mencapai 200.000 ton per tahunnya.

Proyeksi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia menjadi peluang bagi kopi Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur. Menjadi juara dunia cita rasa kopi terbaik di Paris, adalah prestasi bagi Kabupaten Manggarai Timur. Tanah yang kaya dengan beragam mineral serta budaya yang senantiasa harmonis dengan alam, menjadikan sembilan kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur, menjadi akar cita rasa kopi terbaik. “ Sesuatu” yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Manggarai Timur.

Kini Indonesia tidak hanya dikenal dengan Komodo. Komoditi Kopi Manggarai telah menjadi magnet baru. Berada dalam peta perdagangan dan pariwisata dunia, kopi Manggarai berada di jalan sejarah baru. Saatnya para pembaca yang budiman untuk bergegas, menyiapkan rencana berinvestasi di kabupaten Manggarai Timur. Selamat datang.